• Kesra

Jokowi Akui Tidak Mau Terburu-buru Luncurkan Vaksin Covid-19

Asrul | Selasa, 20/10/2020 03:08 WIB
Jokowi Akui Tidak Mau Terburu-buru Luncurkan Vaksin Covid-19 Ilustrasi Vaksin (foto: suara)

Katantt.Com - Presiden Joko Widodo akui  tidak terburu-buru meluncurkan vaksin virus corona (COVID-19). Ia meminta agar komunikasi soal haram dan halal dalam vaksin COVID-19 disampaikan terlebih dahulu dengan cermat dan dipahami publik.

"Saya minta vaksin ini tidak diburu-buru karena kompleks sekali," kata Joko Widodo jelang rapat tertutup, seperti dilansir dari Channelnewsasia. 

"Saya ingin memastikan ada persiapan yang baik. Tentang komunikasi publik, terutama terkait halal dan haram, harga, dan kualitas."

Indonesia sebelumnya telah berjanji untuk memvaksinasi lebih dari 100 juta orang tahun depan, tetapi Jokowi pada Senin (19/10) mengatakan bahwa skala inokulasi di negara kepulauan berpenduduk 270 juta itu akan menjadi tantangan yang unik.

Kontroversi tentang apakah vaksin mematuhi prinsip-prinsip Muslim menghambat respons kesehatan masyarakat sebelumnya di Indonesia, termasuk pada 2018, ketika Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang menyatakan, vaksin campak haram, atau dilarang menurut Islam.

Indonesia telah mendapatkan 50 juta dosis dari China Sinovac pada Maret tahun depan dan 100 juta dari AstraZeneca pada April mendatang, di samping kesepakatan lainnya.

Vaksin dari Sinovac serta Sinopharm China dan CanSino Biologics untuk 9,1 juta orang akan tersedia tahun ini, dengan prioritas tenaga kesehatan, kata Achmad Yurianto, seorang pejabat senior kementerian kesehatan.

Ketergesaan Indonesia untuk mengamankan pasokan vaksin yang belum terbukti menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli epidemiologi, beberapa di antaranya berpendapat, seharusnya fokus pada pengujian dan pelacakan kontak sampai vaksin yang aman dan efektif tersedia.

"Banyak negara mengira vaksin akan menjadi peluru perak mereka untuk mengatasi pandemi," kata Ahli Epidemiologi Indonesia dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. "Tapi sayangnya, sejarah pandemi, literatur, tidak mendukung itu."

FOLLOW US