• Nusa Tenggara Timur

Trauma Orang Tua Korban Pembunuhan di Kupang Sempat Ketakutan ke Kebun

Imanuel Lodja | Selasa, 25/05/2021 08:56 WIB
Trauma Orang Tua Korban Pembunuhan di Kupang Sempat Ketakutan ke Kebun Orang tua korban pembunuhan di Kupang, Yonatan Bahas dan istrinya Fransina Saa sempat takut ke kebun sebelum pelaku pembunuhan anak mereka di tangkap polisi.

katantt.com--Raut wajah Yonatan Bahas dan istrinya Fransina Saa masih murung saat membahas penangkapan Yustinus Tanaem alias Tinus, pelaku pembunuhan yang sudah diamankan polisi.

Pasangan suami istri ini masih menaruh amarah atas perbuatan Tinus membunuh anak gadis mereka, Marsela Bahas (18), akhir Februari 2021 lalu.

"Dia jahanam," kata Fransina mengenai sosok Tinus.

Yonatan dan Fransina sama sekali tidak mengenal Yustinus.

"Kami hanya lihat wajahnya saat orang-orang tunjukkan foto Tinus waktu sudah ditangkap polisi," ujar Fransina saat ditemui di kediamannya di Tanaloko, RT 09/RW 05, Kelurahan Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Senin (24/5/2021) petang.

Yonatan dan Fransina mengawali obrolannya dengan menggambarkan sosok anak gadis mereka, Marsela Bahas.

Marsela sendiri merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Marsela memiliki 2 orang adik, Daniel Bahas (14) dan Julita Bahas (5).

"Dia (Marsela) adalah harapan dan tulang punggung keluarga," ujarnya lirih.

Semasa hidupnya, Marsela, siswi kelas II SMA negeri Kupang Barat menjadi tumpuan harapan dalam membantu pekerjaan di rumah dan di kebun.

Pada tahun 2020 lalu, Yonatan mendapatkan bantuan pembangunan rumah sederhana dari pemerintah karena selama ini mereka menempati rumah beratap daun, berdinding kayu dan berlantai tanah.

Pemerintah hanya membantu bahan bangunan, sementara pembangunan dilakukan secara swadaya.

Kebetulan Yonatan memiliki mata pencaharian sebagai tukang sehingga ia sendiri yang membangun rumahnya.

Marsela yang menjadi andalan mereka menimba air untuk campuran semen karena jarak sumur yang cukup jauh dari rumah.

"Pulang sekolah, Marsela dibantu adik nya langsung pikul air dan isi drum. Setelah itu baru bapaknya pulang dari kebun mulai campur semen dan bangun rumah ini," ujar Fransina.

Usai mengisi air dalam drum, Marsela langsung ke kebun mencari pakan untuk ternak sapi dan membantu orang tua membersihkan kebun.

Rutinitas ini dilakukan setiap hari kecuali hari minggu karena Marsela harus ke gereja dan mengikuti katekasasi sidi.

Penyesalan Seumur Hidup

Yonatan dan Fransina masih menyesali kepergian anak gadis mereka.

Keduanya tidak sanggup memandang jasad Marsela saat itu karena trauma dengan cerita kalau tubuh Marsela dipenuhi luka.

"Kami tidak berani lihat jenasah dalam peti karena sangat terpukul," tambah Fransina.

Pasca kematian Marsela, mereka beberapa kali diperiksa di Polsek Kupang Barat dan Polres Kupang.

"Kami terus berdoa supaya polisi bisa tangkap pelaku," ujar Fransina.

Mereka awalnya sangat pesimis polisi cepat menangkap pelaku karena pelaku juga membawa handphone korban dan sama sekali tidak ada jejak pelaku di lokasi kejadian.

"Tapi kami yakin, ini darah dan nyawa manusia. Lambat atau cepat pasti akan ada hasilnya. Doa kami ternyata Tuhan jawab dan pelaku bisa ketemu," ujar Fransina.

Ia mengakui saat mendapat kabar kalau ada pelaku yang ditangkap karena membunuh seorang gadis di Batakte, mereka juga berharap kalau pelaku itu juga yang membunuh Marsela.

"Ternyata dia (Tinus) juga yang membunuh anak kami. Tuhan sudah buka jalan dan kerja keras polisi berhasil," tambahnya.

Selain menggambarkan sosok pelaku sangat keji dan jahanam, Yonatan dan Fransina juga mengaku menyesal tidak habis-habis atas kejadian ini.

Trauma ke Kebun

Ia mengisahkan sejak Februari hingga saat ini mereka trauma ke kebun.

Alasannya karena pelaku saat itu belum ditangkap dan masih berkeliaran.

"Kami takut kalau ke kebun tiba-tiba pelaku datang dan bunuh kami," ujarnya.

Oleh karena itu saat panen jagung, mereka pun tidak melakukan sendiri-sendiri.

Satu pick up kerabat dari desa sebelah didatangkan membantu mereka untuk panen jagung.

Namun jagung yang ditanam di kebun lokasi Marsela dibunuh belum dipanen karena Yonatan dan Fransina masih sangat trauma apalagi jika mengingat sosok anak gadis mereka.

"Selain masih takut, kami juga trauma," katanya.

Mereka saling mengingatkan agar selalu berhati-hati saat ke kebun saat pelaku belum terungkap.

"Karena trauma maka jagung di kebun dekat Marsela ditemukan kami belum panen," tambah Fransina.

Ia dan keluarga berharap bisa bertemu pelaku dan melihat wajah pelaku.

Mereka juga berharap pelaku dihukum seberat-beratnya.

 

 

 

FOLLOW US