• Nusa Tenggara Timur

Video Bupati Alor Marahi Staf Kemensos di Medsos, Buntut Penyaluran Bantuan Melalui Ketua DPRD

Imanuel Lodja | Rabu, 02/06/2021 11:01 WIB
Video Bupati Alor Marahi Staf Kemensos di Medsos, Buntut Penyaluran Bantuan Melalui Ketua DPRD Bupati Alor, Amon Djobo

katantt.com--Sebuah video Bupati Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Amon Djobo memarahi dua staf yang diketahui berasal dari Kementerian Sosial beredar luas dan viral di media sosial.

Video tersebut berdurasi 3.09 menit dan diduga direkam seseorang di pendopo rumah jabatan bupati Alor.

Dalam video itu tampak dua pegawai kementerian sosial yang duduk dihadapan Bupati Alor, Amon Djobo tersebut.

Keduanya hanya terdiam ketika dimarahi bahkan disuruh pulang kembali ke Jakarta.

Pembicaraan dalam video itu, Amon Djobo menyinggung soal bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), yang dalam penyalurannya dilakukan oleh DPRD bukan pemerintah daerah.

Bahkan sejumlah pegawai itu disuruh Amon Djobo untuk menanyakan kepada gubernur dan presiden siapa dirinya.

Bupati Amon menilai, pegawai Kementerian Sosial tidak menghargai pemerintah daerah, karena membiarkan DPRD mencaplok bantuan itu dari pendamping dengan alasan diperintah oleh presiden, untuk dibagikan kepada masyarakat penerima manfaat.

Kepada wartawan, Selasa (1/6/2021) petang, Bupati Amon Djobo menjelaskan, saat presiden memimpin rapat yang dihadiri oleh gubernur, bupati serta walikota 22 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur.

Hadir dalam rapat itu Gubernur Nusa Tenggara Barat karena ikut terdampak badai Seroja.

Saat rapat virtual tersebut berjalan, Menteri Sosial Tri Rismaharini melaporkan ke presiden Joko Widodo bahwa bantuan PKH serta sejumlah bantuan lain telah dikirim ke Alor melalui ketua DPRD, sehingga dirinya merasa bingung karena bantuan itu tidak melalui pemerintah.

"Nah ini sekarang yang mana pemerintah ini, DPRD bantu bagi tapi yang menangani ini bupati pemerintah daerah. Nah ini yang membuat ketersinggungan kami, nanti presiden, menteri-menteri di pusat selain menteri sosial menganggap kami tidak kerja," ujarnya.

Amon mengatakan, seharusnya menteri sosial tahu pola penanganan dan penyaluran bantuan itu dilakukan oleh pemerintah atau DPRD.

Karena jika dikemudian hari terjadi persoalan hukum, yang ditanya dan bertanggung jawab itu adalah pemerintah daerah.

"Kalau ada persoalan di daerah siapa yang tanggung jawab kalau ditanyakan oleh KPK, penegak hukum seperti, Kejari dan Kejati maupun kepolisian siapa yang tanggung jawab, pasti bupati," tegasnya.

Menurut Amon, selama ini bantuan diberikan kepada ketua DPRD Alor dan penyaluran seperti apa, tidak pernah melaporkan ke pemerintah.

"Selama ini dia berikan di ketua DPRD dan tidak pernah melaporkan kepada kami pemerintah daerah. Yang ada pada kami itu bantuan-bantuan apakah dari pemerintah pusat, peguyuban-peguyuban, dari LSM, dari badan-badan kemanusiaan itulah yang ada pada kami dan kami catat itu di BPBD," tambahnya.

Bantuan-bantuan seperti PKH tidak pernah lewat pemerintah, menteri melaporkan kepada presiden bahwa bantuan diberikan ke ketua DPRD dan tidak laporkan ke pemerintah daerah.

"Nanti ada masalah siapa yang tangung jawab? Saya minta BPK dan kejaksaan tinggi untuk periksa bantuan-bantuan ini, karena ini bantuan kemanusiaan, kalau bantuan itu dari politik saya tidak campur tangan," ujarnya.

Terkait video pegawai kementerian sosial yang dia marahi, Amon Djobo menjelaskan bahwa keduanya mendatanginya dan melaporkan jika membawa bantuan bagi korban meninggal akibat badai Seroja, senilai Rp 15 juta per orang.

Amon menyuruh mereka untuk membawa saja ke Ketua DPRD Kabupaten Alor dan tidak usah diberikan kepada pemerintah daerah lagi jika dari Kementerian Sosial.

"Itu saya marah, datang lagi dia bawa nama Kementerian Sosial nah lu pergi bagi sudah kenapa bawa datang ke kami. Kau punya menteri omong dengan presiden bahwa bantuan kasi (berikan) ke Ketua DPRD, pi (pergi) disana sudah to bikin apa ke kami, nanti pemerintah pusat pikirnya kami gubernur dan bupati ini juga hanya tidur-tidur saja tidak urus manusia, saya tiap hari di lapangan kok. Saya marah karena mereka langkahi pemerintah daerah, hanya karena kepentingan politik kita kerja ini bukan karena politik, ini bencana kemanusiaan bukan bencana politik," semprot Amon Djobo.

Amon menambahkan, dia tidak tahu siapa yang mengvideokan kejadian itu, karena saat itu dia hanya ingin meluapkan emosi sesaatnya saja.

"Kejadian itu sekitar dua atau tiga bulan yang lalu, siapa yang video saya tidak tahu, biar mereka yang baku tanggung jawab disitu," tandasnya.

 

 

FOLLOW US