• Nusa Tenggara Timur

"Terima Kasih Bapak Kapolda, Anak Petani bisa Jadi Polisi"

Imanuel Lodja | Senin, 26/07/2021 12:13 WIB
 "Terima Kasih Bapak Kapolda, Anak Petani bisa Jadi Polisi" Siswa Seba, Januar Migu

katantt.com--Pengumuman akhir kelulusan bintara dan tamtama Polri tahun anggaran 2021 di lingkungan Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur pekan lalu, menyisakan banyak cerita suka dan air mata.

Seperti kisah dan cerita yang dialami Januar V Migu (20), hanya bisa menangis haru menatap layar handphone saat menyaksikan siaran langsung pengumuman akhir kelulusan bintara dan Tamtama Polri TA 2021 Panda Polda NTT pekan lalu.

Tangis haru yang sama juga terjadi pada sang ibu Elisabeth Ratu (56) yang tinggal jauh di Wae Lengga, Kabupaten Manggarai Timur.

Ibu dan anak ini tidak bisa menyembunyikan keharuannya karena Januar lulus menjadi siswa bintara Polri.

Ia juga menjalani pendidikan gelombang I TA 2021 di SPN Polda NTT sejak Senin (26/7/2021).

"Terima kasih bapak kapolda. Anak petani pun ternyata bisa diterima menjadi anggota Polri," ujar Januar sambil menangis saat ditemui di SPN Polda NTT, Senin (26/7/2021).

Ia patut berterima kasih kepada Kapolda NTT Irjen Pol Lotharia Latif dan panitia karena seluruh rangkaian tahapan tes dilalui dengan baik dan penuh suasana humanis.

"Saya pikir selama tes, kita akan dikenakan disiplin yang sangat tinggi, tapi saat saya ikut tes ternyata semua berjalan dengan baik dan prosesnya berlangsung secara transparan karena hasilnya langsung diumumkan," ujar anak keempat dari lima bersaudara.

Januar sendiri sudah menjadi anak yatim karena ayahnya Nikolaus sudah meninggal dunia sejak 5 tahun lalu.

Sementara 3 orang kakaknya hanya mengenyam pendidikan hingga bangku sekolah dasar dan putus sekolah, begitu pula sang adik.

Hanya Januar yang mengenyam pendidikan hingga tamat SMA.

Pasca ayahnya meninggal dunia, ibunya, Elisabeth Ratu harus banting tulang menghidupi Januar dan keluarga mereka.

Elisabeth yang sama sekali tidak merasakan bangku pendidikan menjadi petani dengan menggarap lahan orang dan sistem bagi hasil.

Mereka tinggal di gubuk sederhana beratap daun, berlantai tanah dan berdinding kayu.

Elisabeth bahkan sempat ragu saat Januar hendak tes masuk polisi karena ia tidak memiliki modal yang cukup.

Elisabeth pun menitipkan Januar di rumah kerabatnya di Kota Kupang guna mengikuti tahapan seleksi masuk Polri.
Januar sempat gagal masuk Polri pada saat seleksi tahun 2020 lalu.

Saat itu Januar sempat putus asa dan berpikir kalau ia gagal karena berasal dari keluarga kurang mampu.

"Saya pernah gagal dan putus asa dan saya berpikir bahwa (gagal) karena latar belakang keluarga saya miskin," tandasnya.

Beruntung kakak sepupunya di Kota Kupang memompa semangatnya untuk berusaha lagi dengan belajar dan berlatih.

"Kakak sepupu saya di Kupang bilang, kamu jangan terlalu kecewa. Gagal masuk polisi bukan karena uang tetapi harus ada usaha dan upaya menunjukkan kalau kamu mampu," ujarnya.

Ia mulai mengumpulkan kepercayaan dirinya dan kemudian berlatih serta belajar tekun.

Kebetulan kakak pengampu nya di Kota Kupang memiliki disiplin yang tinggi dan mengajari hidup mandiri sehingga ia pun terlatih untuk disiplin dan tidak pesimis.

Berbekal tekad ingin merubah nasib keluarga dan membahagiakan ibunya, Januar pun belajar secara mandiri dengan mencari soal-soal psikologi dan soal akademik di internet.

Waktu yang ada ia manfaatkan untuk belajar. Sementara pada sore hari ia melatih fisik serta jasmaninya.

Ternyata usaha tidak mengkhianati hasil. Upaya keras yang dilakukan selama 4 bulan berbuah manis.

Ia masuk dalam rombongan peserta yang lulus dan tanpa bayaran. "Benar-benar bangga dengan proses ini karena selain transparan juga bersih dan tanpa pungutan," ujar Januar.

Ia mengisahkan kalau rumah tinggalnya jauh dari pusat kota dan belum ada jaringan internet.

Untuk itu sang ibu harus menumpang nonton ke handphone warga lain di lokasi yang memiliki signal menyaksikan keberhasilan Januar lulus tes polisi.

Saat itu, Januar ingin sekali memeluk sang ibu sebagai tanda terima kasih dan kasih sayangnya atas doa dan dukungan ibunya yang sudah lama menjanda.

Namun karena jarak yang sangat jauh dan tinggal di seberang pulau menjadikan sang ibu tidak bisa datang ke Kupang.

Januar yang lahir pada 18 Januari 2001 ini ingat akan dukungan dan dorongan sang ibu saat dua tahun ia harus berjuang mewujudkan mimpinya menjadi anggota Polri.

Secara jujur ia mengaku sempat pesimis karena mendapat kabar kalau kali ini hanya ada quota 230 orang siswa Polri yang akan dididik di SPN Polda NTT. Sementara pelamar mencapai 5.000 lebih peserta.

Rasa optimis kembali muncul saat ia mendapat kabar kalau Kapolda NTT, Irjen Pol Drs Lotharia Latif, SH MHum dan Karo SDM Polda NTT Kombes Pol Wisnu Widarto terus memperjuangkan tambahan quota untuk mengakomodir warga NTT menjadi anggota Polri.

Optimisme nya makin besar saat ada kabar kalau pendidikan dilakukan 2 gelombang dan peserta yang diperjuangkan Kapolda NTT diakomodir Mabes Polri sehingga ada tambahan quota.

Maka tidak berlebihan Januar menyampaikan terima kasihnya kepada Kapolda NTT, Waka Polda NTT dan Karo SDM Polda NTT membantu anak-anak NTT diakomodir menjadi anggota Polri.

Ia berbangga bahwa sistem Bersih, transparan, akuntabel dan Humanis benar-benar diterapkan selama proses rekrutmen ini.

Januar mengaku kalau sang ibu dan keluarga nya memiliki harapan yang besar agar Januar bisa menjadi orang yang berguna buat keluarga dan sesama serta bisa mengangkat derajat keluarga.

"Keluarga miskin ternyata bisa menjadi anggota Polri. Terima kasih Tuhan dan semua pihak yang mendukung saya termasuk bapak Kapolda dan panitia seleksi. Kunci kita sukses sebenarnya adalah tekad, kerja keras, latihan dan disiplin yang kuat," ujar Januar yang masih merasa haru dengan kelulusannya ini.

FOLLOW US