• Nusa Tenggara Timur

Dibiayai BPJS, Tim Dokter RSUD Prof Johannes Sukses Operasi Bayi Penderita Hidrosefalus Asal TTS

Imanuel Lodja | Sabtu, 23/10/2021 22:26 WIB
Dibiayai BPJS, Tim Dokter RSUD Prof Johannes Sukses Operasi Bayi Penderita Hidrosefalus Asal TTS Tim dokter RSUD Prof Dr WZ Johannes sukses melakukan operasi kepada bayi penderita hidrosefalus yang dibiayai dari BPJS.

katantt.com--Melalui perjuangan dan perjalanan yang panjang akhirnya Moniva Tasoin (1,4 tahun) bayi dari pasangan Elizabeth Poli dan Maklon Tasoin penderita hidrosefalus sejak berusia dua hari bisa menjalani operasi.

Operasi dipimpin dr Elric B Malelak, Sp.BS awal pekan ini dan saat ini Moniva masih menjalani perawatan pasca operasi.

Operasi melibatkan 8 orang tenaga medis terdiri dari 2 dokter dan 6 perawat serta tenaga kesehatan. Seluruh biaya operasi dan perawatan serta obat-obatan ditanggung BPJS.

"Sebenarnya pasien Moniva ada BPJS tapi tidak diurus. Sekarang BPJS sudah diurus dari desa dan kecamatan sehingga pasien dibawa dari (kecamatan) Oenino ke RSUD SoE, Kabupaten TTS," ujar dr Elric Malelak, Sp.BS saat ditemui di RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang, Sabtu (23/10/2021).

Pasien langsung dirujuk dari RSUD SoE Kabupaten TTS ke RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang.

Dokter kemudian melakukan operasi pemasangan selang selama dua jam dan pasien kemudian dirawat selama 5 hari.

"Besok (Minggu) pasien sudah bisa pulang. Dia jalani perawatan pasca operasi selama 5 hari," ujarnya.

Dokter Elric juga menyarankan masyarakat harus menjadi peserta BPJS dan mengurus BPJS karena semua biaya perawatan ditalangi BPJS.

"Jangan sungkan ikut BPJS. Urus BPJS supaya kalau ada masalah kesehatan bisa segera tertangani," ujarnya.

Biasanya operasi secara mandiri menghabiskan biaya puluhan juta rupiah, namun dengan BPJS maka seluruh biaya ditalangi.

Operasi terhadap Moniva sendiri dilakukan untuk pemasangan selang guna membuang cairan dari otak ke perut.

Operasi juga dilakukan untuk membantu pasien agar mandiri dan bisa beraktivitas sendiri serta bisa bersekolah dengan anak berkebutuhan khusus lainnya.

"Pasien terlahir secara spesial maka kita operasi agar pasien bisa melakukan aktivitas sendiri secara mandiri serta bisa bersekolah," tambah dokter Elric.

Awalnya Moniva dilahirkan secara normal, namun dua hari kemudian Moniva mulai menangis histeris yang dibarengi dengan kepala membesar secara tidak wajar.

Hidrosefalus adalah cairan yang menumpuk di dalam rongga di dalam otak. Kelebihan cairan menekan otak dan dapat menyebabkan kerusakan otak. Kondisi ini paling sering terjadi pada bayi dan orang berusia lanjut.

Bayi penderita hidrosefalus ini berdomisili di RT 04/RW 02 Dusun 1, Desa Hoi, Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.

Mirisnya, ayah Moniva sudah lama meninggalkan dia dan ibunya. Ibu Moniva, Elizabeth Poli bekerja sebagai penenun tradisional.

Hasil tenunan ia jual untuk membeli susu, dan beras buat Moniva bersama tiga orang kakaknya. Harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Untuk sampai di tempat tinggal Moniva, kita harus menempuh perjalanan selama tiga jam ke arah timur dari kota Kupang atau 45 menit dari kota Soe.

Rumah Moniva sangat strategis berada di belakang kantor Desa Hoi. Elizabeth Poli saat ditemui media mengaku sudah pernah didatangi beberapa orang yang ingin membantu proses operasi anaknya.

Sayangnya, sampai hari ini anaknya belum mendapat pelayanan kesehatan. Pada Juli lalu, Elizabeth sempat membawa Moniva ke Puskesmas Oenino untuk diperiksa. Kemudian Moniva mendapat rujukan ke RSUD Soe.

Sampai di sana Moniva dirujuk lagi ke Rumah Sakit Umum Siloam Kupang. Namun, usaha mereka untuk mendapatkan pelayanan operasi kandas lantaran kekurangan biaya.

Moniva belum memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau BPJS Kesehatan yang membantu meringankan biaya operasi.

Mereka berharap pemerintah kabupaten TTS bisa segera memberikan bantuan untuk kelancaran operasi.

Selain kekurangan biaya operasi Moniva, Elizabeth juga kuatir jika ia harus pergi jauh meninggalkan Opa dan Oma Moniva yang sudah memasuki usia senja, dan sedang sakit-sakit. Tak hanya itu, ia takut tiga orang anaknya mati kelaparan karena kehabisan pasokan makanan.

Bhabinkamtibmas Oenino, Bripka Herzon Malelak berharap pemerintah dan masyarakat bisa membantu Moniva untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

 

FOLLOW US