• Nusa Tenggara Timur

Berwisata sambil Menikmati Keindahan Spesies di Perairan Semau-Sulamu

Imanuel Lodja | Jum'at, 12/11/2021 08:20 WIB
 Berwisata sambil Menikmati Keindahan Spesies di Perairan Semau-Sulamu Penampakan lumba-luma di Perairan Semau yang menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang akan menjado lokasi wisata bahari.

katantt.com--Tidak banyak orang yang mengetahui akan keindahan alam bawah laut yang dimiliki di Perairan Semau-Sulamu atau Laut Sawu di nsua tenggara Timur. Kekayaan itu bisa dijadikan sebagai lokasi wisata baru yakni wisata spesies lumba-lumba.

Keindahan yang memanjakan mata itu bisa disaksikan secara dekat menggunakan kapal motor (KM) pada pagi hari sekitar pukul 06:00-11:00 wita.

Wisata spesies ikan lumba-lumba yang ada pada perairan tersebut terdapat dua jenis yakni lumba-lumba pemintal dan lumba-lumba hidung botol.

"Ciri-ciri lumba-lumba pemintal, bermoncong panjang, sirip punggung segitiga, ukuran kecil, badannya ada tiga berwarna. Doging ini merupakan akrobatik laut, sering melompat tinggi dan berputar. Masa kehamilan 10 bulan/ +3 tahun sekali, bayi lepas sapih 1-2 tahun, Biasanya beristirahat di teluk dekat air dalam, mencari makan menyusuri pantai saat senja di mana mereka biasanya terlihat dari depan desa," jelas Naneng Setiasih, Konsultan Senior Pengembangan Wisata Berkelanjutan pada kegiatan Media Trip Wisata Spesies Berbasis Masyarakat yang Berkelanjutan di TNP Laut Sawu, Kamis (11/11/2021).

"Kalau lumba-lumba hidung botol itu moncong lebih pendek dari spinner, sirip punggung segitiga dengan lengkungan yang dalam, ukuran lebih besar (dapat lebih dari 4 meter), badan mempunyai 2 warna body. Masa kehamilan kurang lebih12 moths/kurang lebih 2-6 yrs, masa sapih sampai 8 tahun," tambahnya.

Selain lumba-lumba, ada pula terumbu karang yang bisah disaksikan melalui atas perahu.

"Air yang jernih, kita sudah menyaksikan terumbu karang yang indah di dasar laut.Terumbu karang sempat rusak akibat badai seroja," katanya.

Pada kunjungan wisata itu, ia menjelaskan setiap lumba-lumba yang muncul, hanya bisa disaksikan dari jarak sekitar 100-150 meter karena akan membuat lumba-lumba stres.

"Kita harus jaga jarak dengan kelompok lumba-lumba yang kita temukan," ungkapnya.

Naneng Setiasih, mengaku kegiatan tersebut dalam rangka pelaksanaan proyek Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) yang didukung oleh dana hibah Global Environment Facility (GEF) melalui World Bank, kerjasama Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dengan Yayasan Reef Check Indonesia di TNP Laut Sawu dan Raja Ampat dengan judul “Integrasi Kebijakan Berbasis Sains dalam Mendukung Konservasi dan Pemanfaatan secara Berkelanjutan Spesies yang Terancam Punah”.

Intho Herizon Tihu, salah satu peserta media Trip Wisata Spesies Berbasis masyarakat yang Berkelanjutan di TNP Laut Sawu mengaku sangat bersyukur bisa diikutsertakan dalam kegiatan ini.

Menurut wartawan harian Timor Express ini, wisata berbasis spesies ini belum banyak diketahui masyarakat.

Untuk menyaksikan ikan lumba-lumba sering dilakukan diluar NTT pada hal NTT khususnya Kupang memiliki pesona alam yang luar biasa indah.

Wisatawan bisa menyaksikan dengan mudah dan biaya yang sangat sedikit. Wisatawan cukup menyewa perahu di pelabuhan Tenau lalu menyaksikan atraksi ikan lumba-lumba pada pagi hari.

Ia berharap pemerintah dan komunitas atau kelompok pecinta alam yang suka berpetualang dapat mempromosikan wisata spesies ini lebih luas lagi.

"Ini sesuatu yang tidak dimiliki daerah lain. Walaupun ada kita harus mengeluarkan biaya yang banyak taoi disini kita bisa dapatkan dengan murah. Pemerintah mesti mengembangkan bisnis ini dengan baik," katanya.

Sampah laut juga diperhatikan. Semuanya bisa diatasi apabila keterlibatan semua pihak maka kedepan kerjasama semua stakeholders sangat dibutuhkan dalam mengembangkan semua potensi yang ada.

"Kita harus kerjasama untuk menjaga kebersihan baik didarat maupun laut karena sampah didarat yabg kemudian mencemari keindahan laut kita. Kita harus jaga ini," tegasnya.

Media Trip Wisata Spesies Berbasis Masyarakat yang berlangsung di Pulau Semau dan Pulau Rote itu melibatkan perwakilan Direktur Kelautan dan Perikanan, Kementerian PPN/Bappenas, perwakilam Direktur Eksekutif ICCTF, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao, perwakilan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur, Bajalan Gila Rote, Staff Direktorat Kelautan dan Perikanan, Kementerian PPN/Bappenas dan Sekretariat ICCT.

FOLLOW US